NAMA : R.A. ELOK
HUSNA IRFANIYA
NIM : 1403036085
JURUSAN : MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM-4C UIN WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS : TARBIYAH &
KEGURUAN
MATA KULIAH : ISLAM DAN BUDAYA JAWA
EMAIL :husnaelok@yahoo.com
LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM
RONGGOWARSITO SEMARANG
Museum Ronggowarsito didirikan pada tanggal 5 Juli 1989 dan
diresmikan oleh Fuad Hasan yang pada aat itu menjabat sebagai Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Walaupun Museum Ronggowarsito diresmikan tanggal 5
juJli 1989 namun secara tertulis baru diresmikan namanya pada 4 April 1990
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Museum ini berlokasi
di Jl. Abdul Rahman Saleh No.1 Kalibanteng Kulon Semarang Jawa Tengah. Museum
Ronggowarsito semarang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan Budaya dan
Benda Budaya Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito juga sebagai salah satu tempat
untuk melestarikan berbagai aset Kebudayaan dari Jawa Tengah serta menjadi
sarana pendidikan bagi generasi penerus Bangsa.
Museum Ronggowarsito setiap harinya dibuka untuk umum mulai pukul
08.00-15.00 WIB. Harga tiket masuk Museum Ronggowarsito Rp 4.000 untuk Dewasa,
Rp 2.000 untuk anak dan Rp 10.000 untuk Wisatawan Domestik/Lokal). Pada Museum
ini memiliki 4 Gedung yaitu Gedung A,B,C dan D yang berdiri Megah di atas tanag
seluas kurang lebih 2 hektar. Koleksi Peninggalan sejarah yang diseimpan di
Museum Ronggowarsito ini diantaranya: Humanistika, Arkeologi,Geologi, koleksi
emas, Sejarah, Etnografi, keramik, Heraldika, koleksi Seni dan Teknologi.
Gedung A lantai 1 terdapat Ruang Sejarah Alam dengan beraneka ragam
koleksi Kosmologis, Geologi, Geografika dan Ekologi. Sedangkan Pada Gedung A
lantai 2 terdapat Ruang Palaentologi, Palaezologi, Palaeobotani dan
Palaeoantropologika.Gedung B lantai 1 terdapat Ruang Sejarah Peradaban
Kebudayaan dengan koleksi dari Budaya Islam, Budha, Hindu, Eropa dan Kraton.
Sedangkan pada Gedung B lantai 2 terdapat koleksi benda Purbakala dari jaman
batu, jaman logam dan Peradaban Polinesia. Gedung C terdapat ruang Sejarah
Perjuangan Bangsa dan Etnografi. Gedung D lantai 1 terdapat Ruang Era
Pembangunan. Sedangkan pada Gedung D lantai 2 terdapat Ruang Kesenian. Pada
Museum Ronggowarsito ini terdapat banyak koleksi. Disini saya akan mempaparkan
salah satu koleksi yang ada di Museum Ronggowarsito yaitu Masjid Menara Kudus.
Masjid Menara Kudus didirikan pada tahun 956 H/1549 M oleh Sunan
Kudus (Jafar Shodiq) putra dari R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di
Jipang Blora. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang
berukuran 46 cm x 30 cm yang terletak pada Mihrab Masjid yang ditulis dalam
Bahasa Arab. Menara kudus ini memiliki 5 buah pintu sebelah kanan dan 5 buah
pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besarr terdiri dari 5
buah dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayujati 8 buah.Menara
Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar yang berukuran
10x10 m. Di sekeliling bangunan di hias dengan piring-piring bergambar yang
berjumlah 32 buah . 20 buah diantaranya berwarna biru berlukiskan masjid
manusia dengan Unta dan Pohon. 12 buah
lainnya berwarna merah pitih berlukiskan kembang. Di dalam menara juga terdapat
tangga yang terbuat dari kayujata yang menunjukkan adanya hubungan dengan
kesenian Hindu Jawa karena bangunan menara Kudus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.
Kaki
2.
Badan
3.
Puncak
bangunan
Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit
kecil).Kaki dan Badan Menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu,
termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilijat pada penggunaan material batu bata
yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga
dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan
berkontruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk
atap tajug. Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala)
seperti pada pucak atas tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di
Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitek Jawa-Hindu.
Di dalam masjid terdapat dua buah bendera yang terletak di kanan
dan di kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat
sebuah pintu gapura yang biasa disebut oleh penduduk sebagai “Lawang Kembar”.
Di kompleks Masjid juga terdapat pancuran wudhu yang berjumlah delapan buah. Di
atas arca pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon
mengadaptasi keyakinan Budha yakni “Delapan Jalan Kebenaran” atau “ Asta
Sanghika Marga.
Nilai-nilai Islam dalam Sejarah Masjid Menara Kudus
Seperti yang telah kita ketahui bahwa masjid Menara Kudus ini
didirikan oleh Sunan Kudus ( Syekh Ja’far Shodiq). Beliau merupakan Ulama Besar
yang ada didaerah Kudus pada saat itu. Menyebarkan Agama Islam di Kudus, dimana
yang notabene beragama Hindhu. Sunan kudus menggunakan cara-cara yang sangat
halus dalam menyebarkan agama islam. Beliau tidak memaksa agar masyarakat Kudus
masuk Islam, namun memperkenalkan Islam dengan mengakulturasi kebudayaan
setempat dengan ajaran Islam. Tentunya kebudayaan yang tidak bertentanggan
dengan hakikat Islam.
Ketika masyarakat Kudus telah masuk Islam beliau juga tidak
lansgung menyuruh mereka untuk meninggalkan kebudayaan dari Agama mereka
terdahulu. Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah Bangunan dari Masjid Menara
Kudus. Masjid yang dengan bangunan Pura di depannya karena Agama terdahulu
masyarakat Kudus merupakan Hindhu, jadi Sunan Kudus membentuk Masjid yang
hampor mirip dengan tempat peribadatan mereka terdahulu yaitu Pura. Sehingga
masyarakat setempat dapat menerima ajaran yang diberikan Sunan Kudus dengan
tangan terbuka.
#UINpeduliJawa
Dokumentasi
kunjungan
www.laporanmuseumringgowarsito.com