Selasa, 10 Mei 2016

LAPORAN MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG

NAMA             : R.A. ELOK HUSNA IRFANIYA
NIM                 : 1403036085                                               
JURUSAN       : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM-4C UIN WALISONGO SEMARANG
FAKULTAS     : TARBIYAH & KEGURUAN
MATA KULIAH : ISLAM DAN BUDAYA JAWA
EMAIL                        :husnaelok@yahoo.com
                                                              
LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM RONGGOWARSITO SEMARANG  
Museum Ronggowarsito didirikan pada tanggal 5 Juli 1989 dan diresmikan oleh Fuad Hasan yang pada aat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Walaupun Museum Ronggowarsito diresmikan tanggal 5 juJli 1989 namun secara tertulis baru diresmikan namanya pada 4 April 1990 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Museum ini berlokasi di Jl. Abdul Rahman Saleh No.1 Kalibanteng Kulon Semarang Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito semarang menyimpan dan memamerkan berbagai warisan Budaya dan Benda Budaya Jawa Tengah. Museum Ronggowarsito juga sebagai salah satu tempat untuk melestarikan berbagai aset Kebudayaan dari Jawa Tengah serta menjadi sarana pendidikan bagi generasi penerus Bangsa.
Museum Ronggowarsito setiap harinya dibuka untuk umum mulai pukul 08.00-15.00 WIB. Harga tiket masuk Museum Ronggowarsito Rp 4.000 untuk Dewasa, Rp 2.000 untuk anak dan Rp 10.000 untuk Wisatawan Domestik/Lokal). Pada Museum ini memiliki 4 Gedung yaitu Gedung A,B,C dan D yang berdiri Megah di atas tanag seluas kurang lebih 2 hektar. Koleksi Peninggalan sejarah yang diseimpan di Museum Ronggowarsito ini diantaranya: Humanistika, Arkeologi,Geologi, koleksi emas, Sejarah, Etnografi, keramik, Heraldika, koleksi Seni dan Teknologi.
Gedung A lantai 1 terdapat Ruang Sejarah Alam dengan beraneka ragam koleksi Kosmologis, Geologi, Geografika dan Ekologi. Sedangkan Pada Gedung A lantai 2 terdapat Ruang Palaentologi, Palaezologi, Palaeobotani dan Palaeoantropologika.Gedung B lantai 1 terdapat Ruang Sejarah Peradaban Kebudayaan dengan koleksi dari Budaya Islam, Budha, Hindu, Eropa dan Kraton. Sedangkan pada Gedung B lantai 2 terdapat koleksi benda Purbakala dari jaman batu, jaman logam dan Peradaban Polinesia. Gedung C terdapat ruang Sejarah Perjuangan Bangsa dan Etnografi. Gedung D lantai 1 terdapat Ruang Era Pembangunan. Sedangkan pada Gedung D lantai 2 terdapat Ruang Kesenian. Pada Museum Ronggowarsito ini terdapat banyak koleksi. Disini saya akan mempaparkan salah satu koleksi yang ada di Museum Ronggowarsito yaitu Masjid Menara Kudus.
Masjid Menara Kudus didirikan pada tahun 956 H/1549 M oleh Sunan Kudus (Jafar Shodiq) putra dari R. Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung di Jipang Blora. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang berukuran 46 cm x 30 cm yang terletak pada Mihrab Masjid yang ditulis dalam Bahasa Arab. Menara kudus ini memiliki 5 buah pintu sebelah kanan dan 5 buah pintu sebelah kiri. Jendelanya semuanya ada 4 buah. Pintu besarr terdiri dari 5 buah dan tiang besar di dalam masjid yang berasal dari kayujati 8 buah.Menara Kudus memiliki ketinggian sekitar 18 meter dengan bagian dasar yang berukuran 10x10 m. Di sekeliling bangunan di hias dengan piring-piring bergambar yang berjumlah 32 buah . 20 buah diantaranya berwarna biru berlukiskan masjid manusia dengan  Unta dan Pohon. 12 buah lainnya berwarna merah pitih berlukiskan kembang. Di dalam menara juga terdapat tangga yang terbuat dari kayujata yang menunjukkan adanya hubungan dengan kesenian Hindu Jawa karena bangunan menara Kudus terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.   Kaki
2.   Badan
3.   Puncak bangunan
Menara ini dihiasi pula antefiks (hiasan yang menyerupai bukit kecil).Kaki dan Badan Menara dibangun dan diukir dengan tradisi Jawa-Hindu, termasuk motifnya. Ciri lainnya bisa dilijat pada penggunaan material batu bata yang dipasang tanpa perekat semen. Teknik konstruksi tradisional Jawa juga dapat dilihat pada bagian kepala menara yang berbentuk suatu bangunan berkontruksi kayu jati dengan empat batang saka guru yang menopang dua tumpuk atap tajug. Pada bagian puncak atap tajug terdapat semacam mustaka (kepala) seperti pada pucak atas tumpang bangunan utama masjid-masjid tradisional di Jawa yang jelas merujuk pada unsur arsitek Jawa-Hindu.
Di dalam masjid terdapat dua buah bendera yang terletak di kanan dan di kiri tempat khatib membaca khutbah. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura yang biasa disebut oleh penduduk sebagai “Lawang Kembar”. Di kompleks Masjid juga terdapat pancuran wudhu yang berjumlah delapan buah. Di atas arca pancuran itu diletakkan arca. Jumlah delapan pancuran, konon mengadaptasi keyakinan Budha yakni “Delapan Jalan Kebenaran” atau “ Asta Sanghika Marga.

Nilai-nilai Islam dalam Sejarah Masjid Menara Kudus                             
Seperti yang telah kita ketahui bahwa masjid Menara Kudus ini didirikan oleh Sunan Kudus ( Syekh Ja’far Shodiq). Beliau merupakan Ulama Besar yang ada didaerah Kudus pada saat itu. Menyebarkan Agama Islam di Kudus, dimana yang notabene beragama Hindhu. Sunan kudus menggunakan cara-cara yang sangat halus dalam menyebarkan agama islam. Beliau tidak memaksa agar masyarakat Kudus masuk Islam, namun memperkenalkan Islam dengan mengakulturasi kebudayaan setempat dengan ajaran Islam. Tentunya kebudayaan yang tidak bertentanggan dengan hakikat Islam.
Ketika masyarakat Kudus telah masuk Islam beliau juga tidak lansgung menyuruh mereka untuk meninggalkan kebudayaan dari Agama mereka terdahulu. Contoh nyata yang bisa kita lihat adalah Bangunan dari Masjid Menara Kudus. Masjid yang dengan bangunan Pura di depannya karena Agama terdahulu masyarakat Kudus merupakan Hindhu, jadi Sunan Kudus membentuk Masjid yang hampor mirip dengan tempat peribadatan mereka terdahulu yaitu Pura. Sehingga masyarakat setempat dapat menerima ajaran yang diberikan Sunan Kudus dengan tangan terbuka.
#UINpeduliJawa



Dokumentasi kunjungan















www.laporanmuseumringgowarsito.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar